Pemanfaatan Teknologi Akustik Kelautan dalam Bidang Survei Hidrografi Menggunakan Multibeam Echosounder

 

Pemanfaatan Teknologi Akustik Kelautan dalam Bidang Survei Hidrografi Menggunakan Multibeam Echosounder

 

    Akustik adalah ilmu yang membahas tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium. Akustik Kelautan merupakan suatu bidang ilmu kelautan ysng berfungis untuk mendeteksi target di kolom perairan dan dasar peraian, dengan menggunakan gelombang suara. Aplikasi ilmu akustik kelautan akan mempermudah seorang peneliti untuk mengetahui objek yang ada di kolom perairan dan dasar perairan, baik berupa plankton, ikan, kandungan substrat dan bahkan adanya kapal kandas (Simmonds & McLennan, 2008)

    Survei batimetri adalah bagian dari kegiatan survei hidrofgrafi yang bertujuan untuk mendapatkan nilai kedalaman dan konfigurasi dasar sungai berdasarkan analisis profil kedalaman yang didapat dari hasil pemeruman (sounding) (Adi Prasetia et al, 2016)

    Multibeam echosounder merupakan peralatan akustik yang secara intensif sering digunakan dalam pemetaan dasar perairan terutama karena teknologi ini luas dan resolusi tinggi untuk akusisi data batimetri (Anderson et al, 2008)

    Multibeam echosounder batimetri merupakan proses pemetaan kedalaman perairan yang dinyatakan dalam angka kedalaman atau kontur kedalaman yang diukur terhadap datum vertical, sebuah peta batimetrii umumnya menampilkan relief dasar perairan dengan garis garis kontur (contour lines) yang disebut kontur kedalamman (depth countour) (Adi Prasetia et al, 2016

Penggunaan Multibeam Echosounder

Multibeam Echosounder (MBES) adalah alat pemancar sonar yang digunakan untuk proses pemeruman dalam survei hidrografi. Pemeruman adalah aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh gambaran topografi dasar perairan (Seabed Surface). Sedangkan survei hidrografi adalah proses penggambaran dasar perairan mulai dari pengukuran, pengolahan, hingga visualisasi. Multibeam Echosounder dalam proses pengukurannya identik dengan Singlebeam Echosounder (SBES), perbedaannya adalah dari jumlah beam yang dipancarkan oleh masing-masing instrument, Singlebeam Echosounder hanya memancarkan 1 beam (beam nadir) di setiap pancarannya, berbeda dengan Multibeam Echosounder yang memancarkan sampai dengan 256 beam di setiap pancarannya, sehingga membuat Multibeam Echosounder lebih efektif digunakan dalam pemeruman di area survei yang cukup luas. Pemeruman dengan menggunakan Multibeam Echosounder akan menghasilkan data yang lebih detil karena tidak ada dasar perairan yang terlewatkan dari sapuan beam, dengan kerapatan beam yang rapat akan menghasilkan pemodelan dasar perairan yang sebenarnya. Dengan menggunakan sounding maka akan didapatkan hasil dari kedalaman permukaan dasar laut atau juga benda-benda diatasnya terhadap permukaan laut

 

Multibeam Echosounder menggunakan prinsip yang sama dengan singlebeam namun jumlah beam yang dipancarkan adalah lebih dari satu pancaran. Pola pancarannya melebar dan melintang terhadap badan kapal. Setiap beam akan mendapatkan satu titik kedalaman hingga jika titik-titik kedalaman tersebut dihubungkan akan membentuk profil dasar laut. Jika kapal bergerak maju hasil sapuan multibeam tersebut menghasilkan suatu luasan yang menggambarkan permukaan dasar laut (Moustier, 1998).

 

Pelaksanaan pemeruman dengan menggunakan Multibeam Echosounder didukung oleh instrument dan data pendukung, Multibeam Echosounder tidak akan bekerja dengan baik tanpa adanya instrument pendukung tersebut, instrument dan data pendukung yang dibutuhkan adalah:

  1. Motion sensor, adalah alat yang digunakan untuk membaca dan memberikan koreksi pergerakan kapal selama pengukuran (pitch, roll, yaw)
  2. GPS Posisi, adalah alat yang digunakan untuk memberikan posisi sebenarnya dari kapal (ketelitian GPS posisi berpengaruh terhadap ketelitian beam point)
  3. Heading, adalah alat yang digunakan untuk memberikan arah yang sebenarnya dari kapal (ketelitian heading berpengaruh terhadap ketelitian beam point)
  4. SVS (Sound velocity sensor), adalah alat yang digunakan untuk memberikan nilai Sound Velocity pada permukaan tranducer
  5. SVP (Sound velocity profiler), adalah alat yang digunakan untuk memberikan nilai Sound Velocity di setiap kolom kedalam air di sekitar area survei
  6. Data pengamatan pasang surut, adalah data yang digunakan untuk memberikan koreksi terhadap data kedalaman hasil survei untuk mengkoreksi dinamika perubahan kedalaman laut selama akuisisi data

Data SVP dan data pengamatan pasang surut dibutuhkan dalam proses post processing, jadi akusisi MBES dapat dilakukan tanpa adanya instrument dan data tersebut.



                                             Pancaran Sonar pada Multibeam Echosounder

Hasil dari data pengolahan data pancaran sonar Multibeam Echosounder disajikan dalam beberapa bentuk, berupa koordinat dan kedalaman point survey, DTM, dan kontur kedalaman. Koordinat dan kedalaman point survey bisa dikeluarkan langsung dari point pengamatan dilapangan.

                                                       Hasil data Multibeam Echosounder


Berikut ini adalah contoh dari hasil data kedalaman Multibeam Echosounder bisa dilihat pada kolom Depth yang merupakan hasil dari kedalaman yang sudah didapatkan, Hasil tersebut nantinya bisa diolah menjadi gambar detail kedalaman lokasi dengan menggunakan aplikasi surfer dengan memasukan datan longitude, latitude dan data kedalaman.

Anang Prasetia Adi, Henry M Manik, Sri Pujiyanti. 2016. Integrasi Data Multibeam Dan Mosaik Backscatter Untuk Klasifikasi Tipe Sedimen.

Anderson JT, Holiday DV, Kloser R, Reid DG, Simrad Y. 2008. Acoustic seabed classification: Current practice adn future directions. ICES J.Mars.Scii, 5:1004-1011.

Mac, Lenan and Simmonds. 2008. Fisheries Acoustics Theory and Practice. Oxford: Blackwell Science.



                

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

CARA KERJA ALAT ADCP (Acoustic Doppler Current Profiller)